Ini kisah tua dari Lombok. Dituturkan turun-temurun jadi dongeng. Kisah ini menyebar di timur Indonesia. Ini kisah tentang cinta. Tentang Mandalika, Putri Mandalika.
Nun jauh diseberang waktu. Tersebutlah raja bijaksana. Kerajaannya megah mempesona. Rakyatnya makmur bahagia. Permaisurinya cantik bak mekar ekor burung merak. Ia setia tidak hanya pada rajanya tapi juga pada rakyatnya. Diantara hari-hari yang berlalu, dilahirkannya bayi perempuan. Anak kesayangan. Dinamai Mandalika.
Anak perempuan itu cantik bukan main. Melebihi ibunya. Seperti dua tangkai mawar apabila mereka berdua sedang bercengkerama. Anggun dan Harum.
Oleh sang ibu diajari perilaku utama. Sopan santun, ramah tamah, tata krama, dan sekali kali tentang keadilan dan kebenaran. Diajari dari usia belia. Untuk menjadi manusia.
Ketika dewasa. Makin bersinarlah kecantikannya. Ketika dilihat tiada terbayang lain kecuali keindahan. Sosok wanita sempurna. Bagi manusia ia menyilaukan.
Suatu siang, ribuan pria datang melamar. Tak cuma pangeran. Datang juga Raja dan saudagar kaya. Suasana makin panas. Satu dua pelamar saling beradu. Perang kecil terjadi di seluruh daratan. Sudah pasti pecah Baratayudha. Andaikan Mandalika lahir di pewayangan.
Ayah dan Ibunya tidak pernah memaksa. Semua pilihan ada di tangan Mandalika. Maka ia berdoa, meminta petunjuk Tuhan. Tentang apa yang harus dilakukannya. Ibunya pernah mengajari bahwa Tuhan menjawab setiap doa.
Esoknya. Saat matahari belum terbangun. Sebelum subuh. Dimintanya seluruh pelamar berkumpul di atas tebing laut. Seluruh rakyatnya datang menyaksikan. Deru ombak bertabrakan dengan batu karang membuat samar pendengaran. Disitulah Mandalika bicara. Suaranya seperti rintihan.
"Aku tak menghendaki peperangan tumpah di tanah. Tanah mengajariku cinta dan pengorbanan. Apabila perang terjadi, rakyatlah yang menderita. Aku diajari ibuku dan aku akan mengajari kalian. Aku tak rela diriku menjadi sebab perpecahan."
Mandalika melanjutkan,
"Maka aku terima semua lamaran kalian."
Semua orang saling memandang. Tak paham apa yang baru saja didengarnya. Ditengah kebingungan semua. Ke dalam lautan, Mandalika menceburkan dirinya.
Konon, di pantai Lombok tiap setelah purnama. Muncul jelmaan Putri Mandalika. Berwujud cacing cacing.
Menggeliat bergerak ke tengah pulau. Untuk menyuburkan tanah. Tanah siapa saja.