Diskripsi Blog

...mintalah bantuan kepada tangan kananmu. Dan lelaki itu membuat tulisan dengan tangannya.

Puisi | Kupu-Kupu

 

Kemarau lalu.
Telur ulat menetas.
Jadi ulat kecil yang lugu.
Merambat menggeliat.
Asik sendiri.
Diatas pohon jati.

Ulat kecil makan daun.
Delapan belas kali sehari.
Makin lama makin menjadi.
Rakus seenaknya.
Meniru manusia.

Lama lama.
Ia malu sendiri.
Lalu bersembunyi.
Membungkus diri.
Jadi kepompong.

Kepompong menjelma kupu kupu.
Terbang tinggi-tinggi.
Pergi tinggalkan pohon jati.
Tak pernah kembali.

Ia tersesat dalam gelap.
Ditangkap tangan tangan jahat.
Dipaksa menerima fakta.
Kupu kupu tak jelas milik siapa.

Sekarang hari harinya.
Bekerja hingga pagi buta.
Dalam dunia yang sangat kejam.
Sampai mata lupa terpejam.

Kupu-kupu tak bernama.
Bagai makhluk tak bernyawa.
Ia berperan bunga hitam.
Dalam busuknya malam kelam.

Kepakan sayap tanpa suara.
Didepan tuan tanpa telinga.
Yang tak mendengar teriakan.
Hanya berarti kebisuan.
 

Setelah bertahun tahun pergi.
Ia teringat dulu lagi.
Maka ia putuskan berhenti.
Kabur berlari.
Menuju rumah pohon jati.

Kemarau ini.
Kupu-kupu datang membawa uang.
Agar ulat tak lagi makan dedaunan.
Dan kepompong punya kamar renungan.

Satu penghuni pohon jati.
Bernama iba.
Bertanya.
Kenapa jalan kaki kupu-kupu pulang.
Padahal ia pernah terbang.

Saat daun terakhir tanggal.
Kupu-kupu sadar sayapnya tertinggal.

Related Posts